top of page
Politik

Perdana Menteri Wanita Pertama di Dunia dari Sri Lanka

Sirimavo Bandaranaike tiga kali menjabat perdana menteri Sri Lanka. Anaknya menjadi perdana menteri dan presiden wanita pertama Sri Lanka.

18 Juli 2022
bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Sirimavo Bandaranaike tiga kali menjabat perdana menteri Sri Lanka. (Wikimedia Commons).

Penembakan yang menewaskan Perdana Menteri Sri Lanka Solomon West Ridgeway Dias (S.W.R.D.) Bandaranaike pada 1959 menjadi awal perjalanan politik sang istri, Sirimavo Bandaranaike. Tak hanya melahirkan dinasti politik di Sri Lanka, Sirimavo yang tiga kali menjabat perdana menteri Sri Lanka, juga menjadi perdana menteri wanita pertama di dunia.


Ralph Buultjens dalam “The Third World's Other First Lady An Interview With Former Prime Minister Sirimavo Bandaranaike”, Cambridge University Press, 6 September 2018, menulis bahwa Sirimavo lahir dari keluarga aristokrasi pedesaan yang semifeodal. Pada 1940, atas perintah keluarga, ia menikah dengan S.W.R.D Bandaranaike, politikus yang tengah naik daun dan terkenal akan kecerdasannya. Bandaranaike terpilih menjadi perdana menteri Sri Lanka pada 1956.



Sirimavo yang senang berkebun mulai tertarik pada isu-isu kesejahteraan sosial. Hal itu kian terlihat setelah wanita kelahiran 17 April 1916 itu menikah dengan Bandaranaike. Kematian sang suami mendorong Sirimavo bergabung dengan Partai Kebebasan Sri Lanka (SLFP).

Pada 1960, Sirimavo yang dijuluki weeping widow atau janda menangis terpilih menjadi perdana menteri Sri Lanka. Sebutan tersebut disematkan karena Sirimavo kerap menangis saat melakukan kampanye untuk menjadi perdana menteri Sri Lanka.



Dalam Encyclopaedia Britannica disebutkan, Sirimavo melanjutkan program suaminya dalam kebijakan ekonomi sosialis, netralitas dalam hubungan internasional, nasionalisasi sejumlah perusahaan, dan memberlakukan undang-undang yang menjadikan bahasa Sinhala sebagai bahasa resmi.


Namun, krisis ekonomi pada 1964 membuat SLFP dan koalisinya, Marxist Lanka Sama Samaja Party (Partai Sosialis Ceylon), yang mengusung Sirimavo, telah mengikis dukungan rakyat. Kekalahan dalam Pemilu 1965 membuat Sirimavo lengser dari kedudukannya sebagai perdana menteri Sri Lanka.



Kegagalan itu tak mengakhiri perjalanan politik Sirimavo. Pada 1970, koalisi sosialisnya, Front Bersatu, mendapatkan kembali kekuasaannya dan Sirimavo kembali menjadi perdana menteri Sri Lanka. Di masa pemerintahannya yang kedua, Sirimavo menerapkan kebijakan yang lebih radikal, yaitu membatasi usaha bebas (free enterprise), menasionalisasi industri, dan melakukan reforma agraria.


Selain itu, pemerintahannya juga mengubah nama Ceylon, yang berasal dari nama Portugis dan digunakan sejak masa kolonial Inggris, menjadi Sri Lanka yang lebih dekat dengan bahasa Sinhala dan Tamil, dua kelompok utama di negara tersebut.


Chandrika Bandaranaike Kumaratunga (tengah) saat ikut demonstrasi di Colombo, Sri Lanka, pada 2015. (Vikalpa, Maatram and Groundviews/Wikimedia Commons).
Chandrika Bandaranaike Kumaratunga (tengah) saat ikut demonstrasi di Colombo, Sri Lanka, pada 2015. (Vikalpa, Maatram and Groundviews/Wikimedia Commons).

Kegagalan menangani persaingan etnis dan kesulitan ekonomi membuat SLFP hanya mampu mempertahankan 8 dari 168 kursi di Majelis Nasional dalam Pemilu 1977. Hal itu menyebabkan Sirimavo tak dapat melanjutkan kepemimpinannya sebagai perdana menteri Sri Lanka.


Tak hanya lengser dari jabatan perdana menteri, hak politik Sirimavo juga dicabut oleh parlemen Sri Lanka pada 1980. Dia dilarang menduduki jabatan politik selama enam tahun. Pada 1986, Presiden Sri Lanka J.R. Jayawardene memberinya pengampunan dan mengembalikan hak politiknya.



Pada 1988, Sirimavo mencalonkan diri sebagai kandidat presiden dari SLFP, namun gagal. Setelah mendapatkan kembali kursi di parlemen pada 1989, dia menjadi pemimpin oposisi.


Anak-anak Sirimavo mengikuti jejaknya. Anura P.S.D. Bandaranaike dan Chandrika Bandaranaike turut masuk dalam gelanggang politik Sri Lanka. Bahkan, Chandrika yang menikah dengan aktor Vijaya Kumaratunga pada 1978, terpilih menjadi perdana menteri Sri Lanka usai SLFP memenangkan pemilihan parlemen pada Agustus 1994.



Pada November di tahun yang sama, Chandrika memenangkan pemilihan presiden dan menjadi presiden wanita pertama di Sri Lanka. Chandrika menunjuk ibunya, Sirimavo, menjadi perdana menteri untuk ketiga kalinya.


Sirimavo mengundurkan diri dari jabatan perdana menteri pada Agustus 2000 karena kesehatannya memburuk. Sang perdana menteri wanita pertama di dunia itu tutup usia akibat serangan jantung pada 10 Oktober 2000 tak lama setelah memberikan suara dalam pemilihan parlemen.


“Dalam kehidupan politiknya yang panjang, Sirimavo memainkan peran kunci dalam banyak kapasitas. Kualitas yang dikagumi dari Sirimavo adalah kemanusiaannya. Terlepas dari warna politiknya, banyak orang datang kepadanya untuk meminta nasihat dan pelipur lara,” demikian gambaran sosok Sirimavo dalamsirimavobandaranaike.org.

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating

TULISAN LAINNYA

bg-gray.jpg

Kontestasi Dua Narasi dalam Peristiwa 1965

Narasi tentang kekerasan pasca-G30S senantiasa terkubur sejak Orde Baru. Upaya penyingkapannya langsung berbuah tuduhan simpatisan PKI.

bg-gray.jpg

Kurt Waldheim Mantan Nazi jadi Sekjen PBB

Kalah di Pilpres Austria, Kurt Waldheim malah menang di pemilihan Sekjen PBB. Namun bau anyir masa lalunya sebagai eks-Nazi senantiasa mengikuti.

bg-gray.jpg

Saat Hatta dan Kawan-kawan Dikencingi Sukarno

Kembali ke Jakarta, Sukarno dan Hatta menumpang pesawat bomber uzur yang tak dilengkapi toilet. Hatta dan rombongan kena batunya.

KEGIATAN

bottom of page