top of page

Sejarah Indonesia

Rumah Penculikan Sukarno Hatta Di Rengasdengklok

Rumah Penculikan Sukarno-Hatta di Rengasdengklok

Sukarno-Hatta yang diculik para pemuda ditempatkan di sebuah rumah milik seorang Tionghoa di Rengasdengklok.

17 Juni 2014

Dengarkan artikel

bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Rumah sejarah Rengasdengklok. (disparbud.jabarprov.go.id).


CALON presiden Joko Widodo mengunjungi Rumah Sejarah Rengasdengklok di Kampung Kali Jaya (dulu Kalimati) RT 001/09 Desa Rengasdengklok Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, pada tengah malam, 16 Juni 2014. Di tengah para pendukungnya, Jokowi membacakan piagam yang antara lain berisi: "Indonesia harus benar-benar merdeka. Tugas pemimpin adalah memerdekakan rakyat mereka."


Rumah itu dianggap sebagai saksi sejarah perjalanan kemerdekaan Indonesia. Sehari sebelum proklamasi kemerdekaan, para pemuda "menculik" Sukarno-Hatta serta Fatmawati dan Guntur yang masih bayi, dan menempatkannya di rumah milik seorang tuan tanah Djiau Kie Siong.


Menurut Her Suganda dalam Rengasdengklok: Revolusi dan Peristiwa 16 Agustus 1945, lokasi rumah Djiau Kie Siong berada di sisi tanggul Sungai Citarum. Saat itu, banjir sering melanda daerah bagian utara Karawang, terutama pada musim hujan. Aliran sungai yang tak terkendali mengakibatkan beberapa bagian wilayahnya tergerus erosi.


"Karena khawatir rumahnya tergerus Sungai Citarum, pada tahun 1957 Djiau Kie Siong memindahkan bangunan rumahnya ke lokasi lebih aman. Sementara lokasi rumahnya yang lama, kini sudah berada di tengah aliran sungai Citarum," tulis Her Suganda.


Kendati telah pindah, rumah Djiau Kie Siong dianggap sebagai rumah bersejarah tempat Sukarno-Hatta ketika diculik para pemuda.


Menurut Mohammad Hatta dalam Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945, pada tamasya sejarah ke Rengasdengklok yang diadakan Partai Komunis Indonesia dan Partai Murba setelah 17 Agustus (?), diperingati dengan khidmat suatu "peristiwa yang tidak pernah terjadi," tulis Hatta. "Digembar-gemborkan bahwa pada 16 Agustus 1945 atas dorongan pemuda diadakan di sana rapat antara Sukarno-Hatta dan pemimpin-pemimpin pemuda, yang menelorkan konsep Proklamasi Kemerdekaan."


Menurut Hatta, golongan pemuda dalam Angkatan Pemuda Indonesia di bawah Sukarni dan Chairul Saleh menginginkan agar proklamasi Indonesia dilakukan "secara revolusioner", lepas dari segala yang berbau buatan Jepang. Bukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), tetapi Sukarno sendiri sebagai pemimpin rakyat. Karena itulah, mereka menculik Sukarno-Hatta. Namun, Sukarno-Hatta bersikeras bahwa proklamasi kemerdekaan harus melalui PPKI.


Lebih lanjut Hatta bercerita, pada tamasya itu diputuskan bahwa meja yang dipergunakan untuk "konferensi yang tidak ada itu" akan disimpan sebagai kenang-kenangan dalam museum sejarah di Yogyakarta atau Jakarta. Menurut Hatta, menyebut meja beserta satu set piring mangkok itu digunakan Bung Karno untuk makan hanyalah fantasi.


"Waktu kami diculik oleh pemuda ke Rengasdengklok, rumah tuan tanah orang Tionghoa itu dikosongkan untuk kami dan yang empunya disuruh pindah ke tempat lain. Di mana dia tahu bahwa satu stel piring pinggan yang ditunjukannya itulah yang dipergunakan oleh Bung Karno?"


Kendati demikian, seperangkat meja dan kursi dari rumah Djiau Kie Siong kini tersimpan di Museum Mandala Wangsit Siliwangi, Bandung.*

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian
Cerita di Balik Pembangunan World Trade Center

Cerita di Balik Pembangunan World Trade Center

Rencana pembangunan World Trade Center muncul sebelum Perang Dunia II, tetapi baru terlaksana pada 1960-an. Menara kembar di kompleks ini dua kali mendapat serangan.
Gedung Grahadi Dulu dan Kini

Gedung Grahadi Dulu dan Kini

Bermula dari “tuinhuis” yang dibikin pejabat VOC di tepi sungai. Gedung Grahadi bertahan lebih dari dua abad hingga jadi sasaran pembakaran.
Minuman Keras Champarade dari Tjampoer Adoek

Minuman Keras Champarade dari Tjampoer Adoek

Champarade adalah minuman keras yang disajikan di kedai minuman atau penginapan di Batavia. Mirip nama champagne, nama minuman ini berasal dari bahasa Melayu, Tjampoer adoek.
Pekerjaan Pembawa Obor

Pekerjaan Pembawa Obor

Minimnya penerangan jalan melahirkan pekerjaan unik yaitu pembawa obor. Pekerjaan ini dilakukan oleh anak-anak laki-laki dan disebut link-boy.
Ke Mana Perginya Pangeran Hendrik di Surabaya?

Ke Mana Perginya Pangeran Hendrik di Surabaya?

Di Surabaya Utara, terbentang jalan bernama Jalan Benteng. Sejarah daerah ini terkait Benteng Prins Hendrik.
bottom of page