Oknum tentara main serang bukan hal baru di sekitar Medan. Di zaman PRRI bergejolak, sekelompok oknum tentara terlibat.

Peristiwa PRRI menyebabkan orang-orang Minang meninggalkan kampung halamannya. Mereka membawa keahlian berdagang dan memasak. Rumah makan Padang pun ada di mana-mana.

Rokan dan Kampar kini dikenal sebagai penghasil minyak. Dulu, keduanya penghasil rempah.

Tiga petinggi Masyumi terlibat PRRI. Mendorong Masyumi ke jurang kehancuran.

Sulut panas, Jusuf diutus KSAD ke Manado. Ketika Jusuf datang, Permesta sudah siap dengan bantuan Amerikanya.

Setelah kesal dengan panglima dia keluar dari Angkatan Darat. Setelahnya dia Masuk Brimob.

Uang rupiah aspal pernah beredar di Taiwan. CIA dan PRRI-Permesta disebut-sebut terlibat didalamnya.

Perwira AD Amerika ini dekat dengan Indonesia. Terutama dengan perwira-perwira anti-komunis.

Pejuang 1945 ini berjuang melawan Belanda hingga tanah Jawa. Kemudian Gigih melawan Permesta.

Bekas tentara KNIL yang jadi pengusaha kopra dan besi tua ini sempat jadi bupati sebelum ikut gerilya bersama Permesta.

Dalam penjara sekalipun, para tapol kiri dan kanan masih tidak bisa akur. Sekedar berbagi bawang pun tak sudi.  

Sebelum ikut PRRI dia pejabat penting di Palembang. Waktu ikut PRRI dia serba kekurangan meski bertahan lama.

Kaya pengalaman tempur, dia jadi RPKAD dulu baru belajar di akademi militer. Sukses jadi perwira tinggi.

Luhut kecil terpesona oleh Benny Moerdani dkk. sewaktu menumpas PRRI. Seperti Benny, Luhut juga masuk korps baret merah.

Kendati kadernya terlibat dalam pemberontakan daerah, Parkindo luput dari pembubaran. Di hadapan Presiden Sukarno, petinggi partai menolak mengutuk pemberontakan tersebut.