top of page
...

Keracunan Makanan Bergizi Gratis Di Masa Silam

_

Oleh :
...
bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

...

PROGRAM Makan Bergizi Gratis (MBG) dikabarkan telah memakan korban. Keracunan yang dialami 174 siswa peserta MBG di Pali, Sumatra Selatan jadi pemberitaan nasional belakangan ini. Anak-anak korban keracunan mengalami gejala sakit perut, diare, muntah-muntah, sampai harus dirawat di rumah sakit. Sebelumnya, sejumlah daerah lain juga mengalami keracunan MBG dalam skala lebih kecil, seperti di Bandung, Cianjur, Tasikmalaya, Karanganyar, Kupang, sampai Bombana di Sulawesi Tenggara. Perkara yang menyebabkan keracunan beragam. Kebanyakan karena makanan dimasak terlalu cepat dan ketika disajikan sudah basi.


Serentetan kasus keracunan MBG membuktikan bahwa pemerintahan Prabowo tidak belajar dari sejarah. Seperti pendahulunya di masa kepresidenan Soeharto yang juga mantan mertua Prabowo, pemerintah juga menerapkan kebijakan serupa konsep MBG. Namanya Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS). Mulai diuji coba paruh pertama 1990, PMT-AS menjadi kebijakan unggulan pemerintah dalam mengatasi masalah pangan dan gizi pada paruh kedua 1990. Untuk itu, pemerintah menggelontorkan dana besar, sekira Rp62,8 miliar, demi mencapai target penerima manfaat PMT-AS.


“Departemen Kesehatan mulai tahun anggaran 1996/1997 memiliki program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS). Program PMT ini merupakan satu paket dalam program bantuan peningkatan gizi, kesehatan anak dan remaja. Kebijaksanaan itu dikeluarkan melalui Inpres Sarana Kesehatan (Insarkes),” lansir Berita Yudha, 27 Januari 1996.


Sekira 4,2 juta anak Indonesia dari 27.773 Sekolah Dasar (SD), menurut Analisa, 21 Juli 1997, diperkirakan bakal menjadi penerima manfaat program PMT-AS. Dengan demikian, jumlah angka putus sekolah tingkat SD dapat dikurangi.


Namun, tak lama setelah PMT-AS resmi dirilis, terjadi berbagai kasus keracunan pada anak-anak usai menyantap makanan tambahan di sekolah. Setidaknya tercatat dua peristiwa keracunan yang menggemparkan publik secara nasional. Makanan penyebab keracunan pun sama, yaitu bubur kacang hijau.


Pada 3 Agustus 1997, di Banyumas, Jawa Tengah, puluhan murid SD Negeri 2 Pamijen, Kecamatan Sokaraja terpaksa dilarikan ke puskesmas setempat. Bermula ketika para murid mengalami pusing dan muntah usai menikmati bubur kacang hijau program PMT-AS. Menurut keterangan Antara, 4 Agustus 1997, jumlah siswa yang diduga menderita keracunan makanan tambahan itu mencapai 82 orang.


“Enam belas di antaranya dirawat. Mereka ini cukup parah,” ujar seorang petugas puskesmas yang enggan disebut namanya dikutip Antara.


Menurut Analisa, 6 Agustus 1997, mereka yang mendapat makan tambahan sebanyak 167 murid SD Negeri 2 Pamijen mulai kelas 1—6. Sementara itu, pengadaan makanan tambahan bagi siswa-siswi SD di Desa Pamijen dikerjakakan oleh kelompok ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang diketuai istri Sekdes Pamijen, Siti Rochani. Setelah diselidiki Polres Banyumas, para ibu-ibu PKK yang terlibat dalam proses pembuatan makanan tambahan itu diperiksa secara intensif di Mapolres. Salah seorang pedagang kacang hijau yang ikut membantunya juga diperiksa.


Kasus di Lampung barangkali yang paling menggegerkan karena sampai merenggut nyawa. Pada pukul 09.00 pagi tanggal 11 April 1997, murid-murid SDN Sabuk Indah, Abung Barat di Lampung Utara mendapat giliran menyantap hidangan PMT-AS berupa bubur kacang hijau. Tak lama berselang, banyak dari mereka merasa pusing, muntah-muntah, dan buang air besar pada sore harinya. Sementara buburnya dibuat pada hari Kamis, 10 April, pukul 15.00 sore.


Supraptini dalam Jurnal Ekologi Kesehatan, 2002, menyebut korban keracunan makanan program PMT-AS di Lampung Utara itu sebanyak 198 anak dengan korban meninggal 2 orang. Hasil pemeriksaan sisa makanan menunjukkan bahwa penyebab keracunan adalah bakteri E.coli pathogen dan Staphylococcus yang tumbuh dalam bubur kacang hijau tersebut. Makin lama makanan tersimpan dalam suhu kamar, maka makin banyak toksin yang dihasilkan.


“Toksin dari Staphylococcus bersifat tahan panas sampai air mendidih telah dihasilkan dalam makanan (kacang hijau) yang tersimpan dalam suhu kamar dalam waktu yang cukup lama,” terang Supraptini dalam jurnalnya, “Kejadian Keracunan dan Penyebabnya di Indonesia 1995—2000”, mengutip laporan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan, 1995—1997.


Kejadian keracunan makanan PMT-AS di Lampung menuai keprihatinan berbagai pihak, termasuk Presiden Soeharto. Pada 15 April 1997, Menteri Dalam Negeri Yogie S. Memet bersama Menteri Negara Perencanaaan Pembangunan/Ketua Bappenas Ginandjar Kartasasmita melaporkan insiden tersebut kepada Presiden Soeharto di kantor kepresidenan Bina Graha. Setelah menerima laporan, Soeharto berpesan agar masyarakat hati-hati dalam menyiapkan makanan tambahan.


“Presiden menyampaikan agar kita memberitahukan kepada masyarakat supaya hati-hati dalam menyiapkan ini, dan agar pengalaman yang pahit yang menyedihkan ini bisa dijadikan pelajaran dan diambil hikmahnya,” demikian amaran Presiden Soeharto seperti diteruskan Menteri Yogie S. Memet dalam Berita Yudha, 16 April 1997.


Walhasil, toko penyedia bahan bubur kacang hijau ditutup sementara waktu. Begitu pula ibu-ibu yang memasak turut diamankan, dalam pengertian dilindungi guna menghindari dari pihak-pihak yang bertindak di luar hukum. Kendati demikian, Menteri Ginandjar menyatakan program PMT-AS tidak perlu berhenti alias tetap dilanjutkan.


“Akan kita lanjutkan, tetapi dengan lebih berhati-hati, karena sistemnya memang sudah tertata baik. Yang terjadi bukan karena sistemnya, bukan karena pengawasan, tetapi semata-mata karena kecelakaan,” kata Ginandjar dikutip Berita Yudha.


Sebagai program lintas sektoral yang melibatkan berbagai kementerian itu, PMT-AS dirancang untuk proyeksi jangka panjang. Pada kenyataannya, PMT-AS hanya berusia seumur jagung. Memasuki 1998, Indonesia dilanda krisis ekonomi hebat. Sejumlah program terpaksa dihentikan demi efisiensi keuangan, termasuk PMT-AS.


PMT-AS pun tinggal catatan sejarah. Ia dicanangkan untuk misi besar, memperbaiki taraf gizi dan tingkat pendidikan generasi penerus bangsa. Namun, dalam pelaksanaannya masih mengalami kendala bahkan insiden fatal seperti keracunan makanan.*

Komentarze

Oceniono na 0 z 5 gwiazdek.
Nie ma jeszcze ocen

Oceń

TULISAN LAINNYA

bg-gray.jpg

...

...

KEGIATAN

bottom of page