- M.F. Mukhti
- 6 Nov 2020
- 3 menit membaca
Setelah Peristiwa G30S pecah, para anggota Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) terkena getahnya. Banyak personil AURI yang dilecehkan dan dihina. Perwira tinggi tak menjadi pengecualian. Laksamana Muda Udara Aburachmat mobilnya dengan sengaja ditabrak oleh jip pasukan RPKAD (kini Kopassus).
“Pasukan karbol yang berdiri di pinggir jalan dalam sikap sempurna dan memberi hormat pada iring-iringan jenazah para jenderal korban G-30-S, mukanya diludahi oleh pasukan Angkatan Darat yang berada di atas panser,” kata mantan Menteri/Panglima Angkatan Udara Laksmana Madya Omar Dani dalam Pledoi Omar Dani: Tuhan, Pergunakanlah Hati, Pikiran, dan Tanganku yang ditulis Benedicta A. Surodjo dan JMV Soeparno.
Perlakuan diskriminatif akibat berita bahwa AURI terlibat di dalam Peristiwa G30S itu juga diterima para keluarga mereka. “Mobil-mobil WARA ditabraki, Ibu-ibu AU di pasar diludahi dan lain-lain,” kata Omar Dani dalam kesaksiannya kepada JMV Soeparno M. Cholil yang dimuat di buku Menyingkap Kabut Halim 1965.
Namun, perlakuan tersebut tak diterima para anggota AURI yang bertugas di Pangkalan AU (PAU) Atang Sanjaya, Bogor. Menurut Kolonel (Purn.) Pramono Adam, hal itu terjadi berkat kerjasama erat antara PAU Atang dengan Kodam Siliwangi yang dipimpin Mayjen Ibrahim Adjie.
“Pak Ibrahim Adjie juga ngomong, AU tidak terlibat secara institusional. Kalau ada paling oknum. Dengan kita (Adjie) sudah sering ketemu, jadi tau situasi yang sebenarnya. Maka terus hubungan kita dengan Pak Ibrahim Adjie baik sekali,” kata Pramono kepada Historia tahun lalu.
Keyakinan Adjie bahwa AU tidak terlibat secara institusional membuatnya bersikap untuk memberi keamanan lebih kepada para personil AURI di wilayah kekuasaannya agar terhindar dari perlakuan-perlakuan buruk seperti yang diterima personil-personil AURI di Jakarta dan tempat-tempat lain. Dalam briefing oleh Presiden Sukarno di Istana Bogor, 4 Oktober 1965, Adjie menyempatkan menemui Menpangau Omar Dani sebelum briefing dimulai. Dani saat itu tinggal di Paviliun 3 Istana Bogor.
“Mayjen Ibrahim Adjie sempat datang di Paviliun 3 dan mengusulkan kepada Omar Dani untuk membuat pernyataan bersama antara Angkatan Darat dan Angkatan Udara,” tulis Bendicta-Soeparno.
Dani yang menganggap ide Adjie amat bagus langsung mengiyakan ajakan sang tamu. Dia lalu mengajak Adjie mengkonsep pernyataan bersama itu yang berpijak pada amanat presiden agar merapatkan barisan dan menghentikan pertumpahan darah. Setelah selesai, pernyataan bersama itu dibawa Adjie yang menjanjikan akan menyerahkannya kepada Mayjen Pranoto Reksosamodra selaku caretaker Menpangad.
Namun hingga keesokan harinya, 5 Oktober, pernyataan bersama itu belum juga diumumkan. Maka ketika bertemu dengan Mayjen Pranoto di rapat pleno kabinet yang diadakan presiden di Istana Bogor, 6 Oktober, Dani memerlukan mengajak Pranoto mampir ke paviliunnya. Di tempat tinggal sementaranya itu Dani menanyakan kabar surat pernyataan bersama yang telah dibuatnya bersama Mayjen Adjie.
“Jen. Soeharto tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Saya tidak bisa apa-apa!” kata Pranoto, dikutip Bendicta-Soeparno. Jenderal Soeharto yang dimaksud merupakan panglima Kostrad yang setelah G30S mengambilalih pimpinan AD.
Dani hanya bisa kecewa mendengar jawaban Pranoto. Sementara, semakin hari AURI semakin dipojokkan di masyarakat. Hal itu bahkan dialami sendiri oleh Dani ketika sudah pindah ke PAU Atang, Semplak pada 9 Oktober. Dani mengetahui bahwa beberapa personil RPKAD selalu berada di sekitar PAU untuk mengawasi.
Lantaran merasa tak nyaman, Dani memerintahkan Dan PAU Atang Kolonel Udara Soewoto Soekendar agar meminta Danrem Bogor menghadap kepadanya. Di hadapan Dani, Danrem berjanji akan menjaga keamanan Dani beserta keluarga yang saat itu tinggal di Atang. Maka sejak itu, Dani merasa lebih aman.
Tak jelas apakah sikap Danrem Bogor tersebut merupakan inisiatif pribadi atau perintah dari Pangdam Mayjen Adjie. Sebab, ketika Panglima Komando Regional Udara (Korud) Kolonel Udara Ashadi Tjahjadi menghadap Dani di PAU Atang pada 12 Oktober untuk menyampaikan permintaan bantuan air support dari Mayjen Adjie, Dani mendapatkan laporan kesepakatan yang dibuat Ashadi dengan Adjie.
“Panglima Korud Jabar/Komandan Pangkalan Angkatan Udara Husein Sastranegara, Kol. Ud. Ashadji Tjahjadi datang di PAU Atang Sanjaya, Semplak untuk melaporkan bahwa dia telah menandatangani Pernyataan Bersama antara Kodam Siliwangi dan Korud Jabar yang ditandatangani oleh Mayjen Ibrahim Adjie dan Kol. Ud. Ashadi Tjahjadi, atas inisiatif Mayjen Ibrahim Adjie sebagai gantinya Pernyataan Bersama antar sesama angkatan, AD-AU,” tulis Benedicta-Soeparno.
Comments