- Petrik Matanasi
- 5 hari yang lalu
- 2 menit membaca
BARANGKALI orang tak tahu apalagi peduli bahwa nama gang ini berasal dari nama tuan tanah Hauber di zaman Hindia Belanda. Namun orang tahu bahwa gang ini adalah gang kenikmatan duniawi zaman itu. Gang ini salah satu tempat berfoya-foya buat mereka yang punya uang lebih. Letaknya di daerah Petojo, tidak jauh jauh dari istana Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Saking besarnya “pasar”, bisnis esek-esek di Gang Hauber –meliputi Hauber Kecil I, II dan III– pun meluas. Het Nieuws van den gag voor Nederlandshc Indie tanggal 28 Juni 1939 menyebut, bisnis ini merembet ke rumah-rumah besar dan terang di Petojo Ilir. Pelacuran jadi berkembang di sana pula. Di Petojo Ilir, pelacuran itu tak tampak suram dibandingkan yang di Gang Hauber.
Dari Gang Hauber lalu muncul nama Jozef de Winter (23 tahun) dan Cornelis Scipio Blume (25 tahun). Dua pemuda Eropa itu merupakan gangster di sana. Keduanya diduga dari kelompok geng berbeda atau mungkin terpecah.
Pada Selasa, 27 Juni 1939, pagi sekitar pukul 07.30 waktu setempat, keduanya bertengkar di Jalan Cideng. Scipio bersama kawan-kawannya dan mereka bawa senjata pisau dan pistol.
Sebuah tembakan lalu meletus dan mengagetkan orang sekitar. Setidaknya ada empat tembakan yang meletus pagi itu.
Jozef hanya bisa membela diri dengan golok. Jozef yang terdesak kemudian kabur ke arah Cideng Barat dengan luka-lukanya yang parah. Dia terus dibuntuti beberapa kawan Scipio ke arah sebuah rumah. Orang-orang yang melihat, ketakutan. Jozef yang lemah itu pun lalu tewas.
Melihat Jozef tewas, kawan-kawan Scipio, salah satunya Dessie alias Nettel, pun menghilang. Scipio sendiri kemudian menuju Petodjo Ilir 7, ke tempat tinggal perempuan bernama Annie. Scipio langsung menuju kamar Annie.
“Jangan, Cor! Jangan, Cor!” kata Annie pada Scipio, yang biasa disapa sebagai Corrie.
Tetangga Annie berteriak begitu menemukan dua orang telah menjadi mayat. De Locomotief tanggal 30 Juni 1939 menyebut, yang menjadi mayat itu adalah Scipio dan Annie sendiri. Keduanya tewas dengan luka-luka tusuk. Diperkirakan, setelah menusuk Annie hingga parah, Scipio bunuh diri.
Polisi dan Jaksa kemudian datang menyelidiki dua korban dengan banyak luka tusuk itu. Dari hasil penyelidikan, didapati bahwa Scipio alias Corrie adalah orang yang membawahi beberapa perempuan, semacam germo. Annie termasuk yang dinaungi Scipio, bahkan Annie adalah perempuan kesayangan Scipio.
Sebelum kejadian, Jozef sebagai anggota geng yang tewas pernah ikut menyerang sebuah hotel milik orang Tionghoa di Schoolweg Noord (sekarang Jalan Dr. Sutomo). Beberapa hari sebelum kejadian, Jozef membela keponakanya yang bertengkar dengan seorang Arab. Orang Arab itu ternyata kawan Scipio. Sepupu Jozef juga terluka dalam peristiwa itu.
Orang Arab tadi lalu mengadukan perseteruannya itu kepada Scipio. Sampai akhirnya terjadi peristiwa nahas tadi.
Ada dugaan bahwa Scipio marah kepada Jozef karena adanya hubungan antara Annie dan Jozef. Scipio tampak tak ingin kehilangan Annie, yang bukan orang Eropa totok. Rasa memiliki Scipio pada Annie begitu besar hingga dia juga akhirnya membunuh Annie sebelum membunuh dirinya sendiri.
Rupanya, orang-orang Belanda atau Eropa yang –menduduki strata teratas dalam sistem sosial rasis Hindia Belanda– dianggap sebagai golongan terhormat pun ada yang masuk dalam dunia hitam. Jauh dari kata terhormat. Begitulah kisah dunia bawah atau dunia hitam di Batavia zaman kolonial. Nama Gang Hauber sendiri disebut Alwi Shahab dalam Saudagar Baghdad dari Betawi kemudian diganti menjadi Gang Sadar, yang menghubungkan Jalan Cideng Timur dan Jalan AM Sangaji.*
Comments