top of page
Kultur

Kunjungan Charlie Chaplin ke Indonesia

Charlie Chaplin dua kali berwisata ke Indonesia. Di salah satu kunjungannya, bintang layar perak itu mendapat hadiah tokek tembaga.

Oleh :
15 April 2025
bg-gray.jpg
bg-gray.jpg
camera overlay
camera_edited_30.png

Charlie Chaplin disambut meriah ketika berkunjung ke Surabaya pada April 1932. (De Indische courant, 2 April 1932).

PADA 30 Maret 1932, ratusan orang berdatangan ke pelabuhan Tanjung Priok di Batavia. Bukan untuk bongkar muat atau berlayar ke suatu tempat, melainkan menyambut bintang layar perak yang tengah populer seantero dunia, yakni Charlie Chaplin.


Kabar akan kedatangan pelawak yang juga aktor dan sutradara terkenal Hollywood itu telah disiarkan oleh berbagai koran di Hindia Belanda. Bataviaasch nieuwsblad, 29 Maret 1932, melaporkan Charlie Chaplin akan tiba di Tanjung Priok pada Rabu (30/3/1932) sore dengan menumpangi kapal KPM, Van Lansberge dari Singapura. Keesokan harinya, orang-orang berbondong-bondong mendatangi pelabuhan Priok untuk menyambut sang bintang yang identik dengan kumis hitam, topi bowler, dan tongkat.


“Kapal Van Lansberge dari Singapura memasuki dermaga 1 sekitar pukul 1.30 siang dan harus berbelok ke arah selatan sebelum merapat. Orang-orang terlihat mengintip dari dek kecil di atas kapal, tetapi tidak satupun dari dua orang yang tampak mengenakan penutup kepala yang terlihat seperti Charlie. Di lain tempat, di atas kapal, Tuan Swemmelaar dari ‘Filmland’ dan Henk Alsem, seorang proyeksionis, menyambut Charlie Chaplin dengan memberikannya karangan bunga atas nama Asosiasi Pengimpor Film. Orang-orang ini telah lebih dahulu menghampiri kapal yang dinaiki Charlie, di mana sang aktor, menemui mereka di ruang tunggu,” lapor Bataviaasch nieuwsblad, 31 Maret 1932.


Seiring semakin teriknya sinar matahari, orang-orang terus mengarahkan pandangannya ke laut lepas untuk mencari Charlie Chaplin di atas kapal. Mereka bersorak ketika tubuh pria kelahiran London, 16 April 1889, itu muncul di dek kapal. Ketika kapal bersandar dan akses ke kapal dibuka, mereka berebut naik ke kapal. Tak hanya penggemarnya yang saling beradu untuk menyapa dan menyalami sang bintang, para jurnalis juga sibuk mengabadikan momen kedatangan pesohor Hollywood tersebut dan mewawancarainya. Salah satu pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan tujuannya melakukan kunjungan ke Hindia Belanda.


“Charlie mengatakan bahwa, sejauh waktu memungkinkan, dia ingin melihat Hindia Belanda dari sudut pandang yang berbeda. Dia ingin melakukan perjalanan ke Jawa dengan mobil dan kereta api, tetapi mungkin akan kembali dengan pesawat. Dia akan kembali dengan pesawat dari Surabaya ke Batavia dan dengan demikian dapat melihat Hindia dari udara,” tulis De Indische courant, 1 April 1932.


Meski begitu, tak sedikit pula yang kecewa. Sebab, alih-alih berpenampilan seperti di film-filmnya, Charlie Chaplin justru tampil tanpa kumis dan mengenakan pakaian sederhana, hanya jas buka Hindia dan kemeja flanel, serta celana panjang. Oleh karena itu, bagi mereka yang mengenal sang aktor dari layar perak, penampilan ini terlihat berbeda dari ciri khasnya ketika tampil sebagai penghibur.


Batavia bukan satu-satunya tempat yang dikunjungi Charlie Chaplin. Plesiran bersama saudara laki-laki yang juga manajernya (Syd), serta seorang pelayan Jepang itu akan berlangsung selama beberapa hari hingga pertengahan April dengan mengunjungi beberapa kota di Pulau Jawa dan Bali.


Di Batavia, rombongan Charlie Chaplin beristirahat sejenak di Java Hotel di Rijswijk (kini Jalan Veteran). Selama waktunya yang singkat di ibu kota Hindia Belanda, Charlie berkendara menyusuri kawasan Weltevreden dan mengunjungi Pasar Senen, kemudian ke Meester Cornelis (kini Jatinegara) dan ke arah Buitenzorg (Bogor).


Surat kabar De Locomotief, 1 April 1932, memberitakan, Charlie Chaplin cukup terkejut ketika melihat desain kamar hotel dengan tempat tidur kelambu besar dan “Istri Belanda” atau guling yang ketenarannya sudah tidak asing lagi baginya. “Tapi sang aktor paling tertarik dengan kelambu yang menghiasi ranjang dan ingin menghabiskan waktu di tempat tidur untuk kembali merasakan sensasi menjadi bayi lagi,” tulis surat kabar tersebut.


Charlie Chaplin dan rombongan melanjutkan perjalanan ke Jawa Barat. Ia sempat singgah di Bandung dan Garut. Menurut De Locomotief, rombongan tiba di Bandung ketika hari sudah gelap. Mereka singgah di Hotel Preanger untuk makan malam. Sekitar pukul 11 malam, mereka melanjutkan perjalanan ke Garut. Esok harinya, Kamis (31/3/1932) sore, rombongan pergi menuju Yogyakarta. Di tengah perjalanan, ia akan mengunjungi Candi Borobudur. Setelahnya, ia melanjutkan lawatan ke Surabaya.


“Koresponden kami melaporkan lebih lanjut bahwa sekitar pukul sembilan pagi, Jumat (1/4/1932), Tuan Chaplin ditemani oleh saudara laki-lakinya, seorang pemandu dari Michael’s Tourist Office, dan pelayan Jepangnya, meninggalkan Grand Hotel Jogja untuk melakukan kunjungan singkat ke Borobudur dan menaiki candi tersebut,” tulis De Locomotief.


Kabar rencana kunjungan Charlie Chaplin ke Surabaya menarik perhatian publik. Para penggemar berdatangan ke Stasiun Gubeng karena mendapat informasi Charlie Chaplin akan menggunakan kereta api. Namun, berjam-jam mereka menunggu, Charlie Chaplin tak kunjung terlihat. Akhirnya, mereka pergi ke Hotel Oranje, di mana banyak pula penggemar yang telah berkumpul di sana.


Sesaat setelah pukul delapan malam, kerumunan orang di luar wilayah Tunjungan semakin ramai. Mereka kemudian mengejar sebuah mobil yang masuk ke halaman hotel. Di dalam mobil itu, Charlie Chaplin duduk bersama saudaranya.


“Bunga-bunga diberikan kepada Charlie dan ia berbicara ke kiri dan kanan dan tangan-tangan yang berupaya menjabatnya dan salah satunya mendorong sang aktor ke mikrofon, seolah-olah dalam sebuah manuver yang tergorganisir dengan baik, hanya untuk berbicara kepada para audien yang tak terlihat di Surabaya dengan segera,” tulis Soerabaijasch handelsblad, 2 April 1932.


“Charlie dan Syd bermalam di Hotel Oranje. Pada Sabtu (2/4/1932) pagi, keduanya berbincang dengan awak media dan kembali menegaskan tujuan mereka berkunjung ke Hindia Belanda. Charlie Chaplin meyakinkan kami bahwa ia melakukan perjalanan ini semata-mata untuk bersenang-senang, tanpa motif bisnis. Ia memang membuat banyak film selama perjalanannya, tetapi hanya sebagai turis... Bali adalah tujuan sebenarnya dari kunjungannya ke Hindia. Ia berharap kembali ke sini pada 11 April dan kemudian langsung menuju Batavia untuk melanjutkan perjalanan ke Singapura lalu ke Jepang sebagai akhir dari perjalanan dan juga liburan Charlie Chaplin. Ia akan pergi selama 14 bulan, yang sebagian besar dihabiskannya di Eropa. Pada siang hari, Chaplin bersaudara menumpang Rochussen untuk pergi menuju Bali,” jelas Soerabaijasch handelsblad.


Charlie Chaplin sudah pernah mendengar tentang Bali dan pesonanya yang memukau. Namun, ketika melihat langsung panorama alam dan keramahan orang-orangnya, ia benar-benar terpesona. Baginya, seni Bali merupakan sebuah anugerah. Hampir tidak ada hari yang berlalu tanpa dia mendapatkan pertunjukan tari dan musik yang istimewa. Kesenangan artistik ini membuatnya memutuskan untuk berkeliling Bali.


Dalam surat kabar De Koerier, 18 April 1932, disebutkan selama berkunjung ke Bali, Charlie Chaplin mengunjungi pelukis Walter Spies di Ubud, di mana Charlie membeli sebuah lukisan dari sang seniman. Mereka melakukan tur di Bali Selatan, ditemani oleh Spies, dan menghadiri perayaan di pura dan menyaksikan berbagai tarian Bali.


“Setelah beberapa hari berkunjung ke Bali, Charlie kembali Surabaya dengan menumpang kapal S.S. Van der Wijk dari Buleleng pada Sabtu (16/4/1932), dan hari ini dengan menaiki pesawat KNILM dari Surabaya ke Batavia. Dari Cililitan mereka akan melakukan perjalanan dengan mobil langsung ke Priok untuk menaiki Van Lansberge ke Singapura. Dari Singapura, mereka akan berangkat dengan kapal Jepang ke Jepang,” tulis De Koerier.


Di tengah perjalanan kembali ke Batavia, Charlie Chaplin dan rombongan sempat singgah di bandara Semarang di Simongan. Meski bukan kunjungan resmi, pihak berwenang setempat dan masyarakat berdatangan ke area bandara untuk menyambutnya. Sambutan hangat itu salah satunya dari pemilik bioskop tertua di kota tersebut yang memberikan buah tangan berupa tokek tembaga yang dapat digunakan Charlie sebagai pemberat kertas di meja kerjanya di Los Angeles.


“Itu adalah ide yang sangat bagus dari Tuan Appel, demikian nama pemilik bioskop yang terkenal di daerah itu. Dan tidak diragukan lagi, Chaplin akan menghargai keramahan seperti ini,” tulis De Indische Courant, 22 April 1932.


Pengalaman menyenangkan selama berwisata di Hindia Belanda mendorong Charlie Chaplin untuk kembali berkunjung empat tahun kemudian. Dalam perjalanan wisata yang berlangsung Maret 1936 itu Charlie Chaplin tidak datang bersama saudara laki-lakinya, melainkan dengan kekasihnya Paulette Godard, ibu Paulette, dan seorang pelayan Jepang.*

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating

TULISAN LAINNYA

bg-gray.jpg

...

...

KEGIATAN

bottom of page