Dalam rangka dekolonisasi, Indonesia pernah melakukan nasionalisasi atau pengambilalihan perusahaan-perusahaan asing. Dalam pelaksanaannya, nasionalisasi memunculkan banyak persoalan.

Aksi perampokan yang dikenal dengan The Great Train Robbery ini terbongkar karena sidik jari salah satu pelaku ditemukan polisi.

Bea meterai pertama kali diberlakukan Belanda sebagai upaya untuk mengisi kas negara yang menipis imbas invasi Spanyol. VOC kemudian memberlakukan bea meterai di Hindia Timur.

Victor Lustig seorang penipu ulung. Menipu para pengusaha dengan uang palsu bahkan mencoba menjual Menara Eiffel.

Syarif Kasim II raja pro-Republik walau di zaman Hindia Belanda dia raja kaya. Takhtanya hilang dicuri ketika tua.

Pemerintah Indonesia pernah meminta Hjalmar Schacht, mantan menteri ekonomi Hitler, memberikan resep untuk memulihkan perekonomian Indonesia yang masih terpuruk.

Pada zaman Belanda, Sanga-sanga di Kalimantan Timur dikenal sebagai Louise. Minyak membuat daerah ini terbuka.

Terkenal mahir mengolah timah, orang Tionghoa diundang bekerja di Pulau Bangka. Orang Tionghoa juga diundang ke Singkawang. Sempat terjadi gesekan, tetapi tak menghalangi akulturasi budaya.

Semasa hidupnya pejabat Tionghoa ini membuat kebijakan yang memberatkan penduduk Batavia. Ketika mati pengusung peti matinya tidak sampai ke tempat pemakaman.

Istilah joki mulanya penunggang kuda pacuan. Pemberlakuan aturan three-in-one di Jakarta memunculkan joki three-in-one. Kini dan mungkin sudah sejak lama joki terjadi di dunia pendidikan.

Berikut ini sejarah krisis perbankan, aide memoire atau rancangan perjanjian Hatta, pemilihan panglima besar tentara, pendirian Perhimpunan Indonesia, dan gesekan lembaga pemberantasan korupsi.

Iskandar Muda patok harga tinggi pada orang Eropa untuk urusan lada. Orang Asing berusaha membujuknya.

Sabang dulunya daerah buangan. Dijadikan pelabuhan bebas lantaran hendak dijadikan seperti Singapura.

Pedir salah satu kerajaan pedagang di Aceh. Rempah juga diperdagangkan di sini.

Kerajaan Panai pernah eksis dan terkait dengan perdagangan kapur barus. Jauh setelahnya, daerah itu dijadikan basis penyelundupan senjata untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia.